Kita mengenal betul wasiat Nabi Muhammad Saw yang amat populer sebelum beliau wafat, yakni keharusan berpegang teguh kepada kitabullah (Al-Quran) dan Sunah:
“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh dengan keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku.” (HR. Muslim).
Namun, sebenarnya masih ada wasiat Nabi Saw yang terkesan “kalah populer” dengan wasiat tersebut, yakni agar umatnya menjaga dua hal: shalat dan orang-orang lemah (kaum dhuafa).
Diriwayatkan, saat sedang berbaring sakit, sebelum mengembuskan nafat terakhir, beliau berwasiat yang digambarkan oleh para ahli hadits sebagai inti dan misi ajaran Islam.
Wasiatnya sangat pendek: “Ash-shalatu… ash-shalatu.. ash-shalatu wa má malakat aimánukum”. “Aku titipkan shalat… shalat… shalat dan orang-orang yang lemah di sekitarmu”.
Setelah itu, beliau mengucapkan “ummatii… ummatii… ummatiii” sebelum mengembuskan napas terakhirnya.
Banyak penafsiran soal makna “wa má malakat aimánukum”, namun makna termasyhur adalah “orang-orang yang lemah di sekitarmu” (kaum dhuafa), mengingat Rasulullah sendiri sangat memberi perhatian kepada kaum dhuafa, utamanya anak yatim dan kaum miskin.
QS Al-Muddatstsir:40-44 mengisahkan, penghuni surga bertanya kepada penghuni neraka saqor. “Apa yang menyebabkan kalian masuk neraka saqor?” Para penghuni neraka menjawab: “Dulu kami termasuk orang-orang yang meninggalkan shalat” dan “Kami tidak memberi makan orang miskin (kaum dhuafa).” Wallahu a’lam. *