HAKIKAT kehidupan dunia ini adalah kehendak Allah SWT untuk menguji apakah umat manusia benar-benar menjadikan Allah SWT sebagai Tuhannya.
Dunia ini merupakan ujian sehingga manusa berlomba untuk menjadin yang terbaik.
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Sesungguhnya Kami telah jadikan segala yang ada di bumi ini untuk perhiasan bagi bumi itu sendiri dan penghuninya, untuk menguji siapakah diantara mereka yang paling baik amalnya.” (QS al-Kahfi:7).
Alam dunia merupakan tempat di mana manusia dituntut untuk melaksanakan atau membuktikan pengakuannya ketika di Alam Ruh (mengakui Allah SWT sebagai Tuhan).
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu hendak mengembangbiakkan keturunan Adam dari tulang sulbi mereka, lalu diminta-Nya pengakuan mereka atas jiwanya masing-masing: ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘Benar, kami mengakui Engkau Tuhan kami’. Hal ini kami lakukan agar nanti di hari kiamat kalian tidak mengatakan: ‘Kami dahulu lupa tentang perjanjian ini’. (QS 7:172)
Diakuinya Allah SWT sebagai Tuhan, ketika manusia berada di alam ruh, karena pada waktu itu tidak ada hal-hal yang menggoda yang dapat memalingkan manusia dari-Nya.
Di dunia inilah segala godaan itu muncul, dan manusia dituntut keteguhannya menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan (ilah) yang mengendalikan hidupnya, tempat berbaktinya, dan kepada siapa menyembah (beribadah).
Alam Dunia merupakan juga tempat persinggahan manusia –sebagai pengelana– menuju tujuan akhir dari hidupnya, yakni Alam Akhirat dengan “alam transit”-nya di Alam Barzakh atau Alam Kubur.
Di Alam Dunia inilah manusia harus pandai-pandai mengumpulkan bekal untuk kehidupan akhiratnya, berupa amal saleh (ibadah).
Imam al-Ghazali mengibaratkan dunia ini sebagai sebuah panggung atau pasar yang disinggahi oleh para musafir di tengah perjalanannya ke tempat lain. Di sinilah mereka membekali diri dengan berbagai pembekalan untuk perjalanan itu.
Untuk menguji pengakuan atau keimanan manusia pada Allah SWT, di alam dunia ini Allah SWT memberikan garis ketentuan yang harus diikuti agar manusia selamat dan bahagia di dunia dan akhirat. Garis ketentuan tersebut tidak lain adalah syariat Islam yang berintikan ajarah tauhid (keesaan Allah SWT).
Untuk memahamkan dan membimbing manusia mengikuti garis ketentuan tersebut, Allah SWT mengangkat diantara manusia sebagai utusan-Nya (Rasul) dengan Rasul terakhirnya Muhammad Saw.
Manusia dalam menjalani hidupnya di dunia ini berstatus sebagai makhluk dan hamba Allah SWT yang harus mengabdi pada-Nya, sebagai khalifah-Nya yang harus mewujudkan sifat-sifat Ilahiyah sebatas kodrat kemanusiaannya, dan sebagai pengemban amanah-Nya yang harus menegakkan ajaran-Nya (QS 51:56, 98:5, 2:21, 33:72, 2:30, 27:62, 35:39).
Setelah Alam Dunia dilalui, manusia akan pergi menuju alam akhirat yang kekal, melalui kematian (ajal), untuk mempertanggungjawabkan segala amal di dunia, baik atau buruk, dan hidup kekal di sana dalam kebahagiaan jika amal kita baik dan menderita jika amal kita buruk. Di alam akhiratlah kebahagiaan dan penderitaan hakiki berada.
Jika manusia telah mengetahui hakikat hidup di alam dunia yang fana ini, maka selayaknya selalu ingat dan waspada, jangan sampai tergoda kenikmatan dunia yang sementara, kemudian melalaikan akhirat yang sangat berharga.
Sepantasnya manusia berlomba melakukan ketaatan-ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan untuk meraih kebaikan akhirat.
سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar” (QS Al-Hadîd[57]: 21).
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS Ali ‘Imrân/3:133). (AG).*