doaDr. Kanner di dalam bukunya Child Psychiatry memuat hasil penelitian terhadap sejumlah anak yang mengalami kesulitan dalam belajar di sekolah, juga mengalami kesulitan dengan teman-temannya dalam pergaulan.

Salah satu kasus seorang anak memperlihatkan ekspresi wajah kurang gembira. Ia terlihat lebih banyak murung dan menyendiri. Ia lamban sekali menjawab pertanyaan.

Angka-angka yang dicapainya di sekolah kurang dari cukup. Ibu anak itu sedih dengan keadaan anaknya yang demikian. “Tolonglah, Dok!, agar dia berhasil menjadi anak yang pintar”.

Dari ibu anak itu, Dr.Kanner memperoleh beberapa keterangan yang diperlukannya. Keterangan pertama yang diperolehnya adalah bahwa anak itu ternyata belum cukup umur ketika dimasukkan sekolah.

Faktor itu bagi Dr. Kanner sebenarnya tidak terlalu menentukan. Keterangan kedua ialah bahwa ayah itu adalah seorang lelaki bertipe kasar, sering marah-marah, terlalu galak terhadap istri dan anaknya.

Bersikap kasar, sering dia perlihatkan terhadap si anak. Akibatnya anak itu sering merasa tegang di bawah ancaman dan sikap kasar ayahnya.

Situasi inilah kemudian menyebabkan perilakunya di sekolah menjurus kurang normal. Ia suka menyendiri. Terhadap guru lelaki, terutama yang mirip dengan ayahnya, ia merasa takut. Melihat lelaki dengan profil seperti ayahnya membuat ambang bawah sadarnya teringat akan figure ayah berikut kekejamannya.

Kasus lain yang ditemukan Dr. Kanner adalah kasus guru yang sering kesal melihat kenakalan seorang anak lelaki berusia enam tahun. Ia sulit diatur. Berkali-kali guru memperingatkannya agar tenang dan tidak menganggu teman-temannya. Tetapi ia tidak memperdulikannya.

Sering ia merebut dan memakan bekal makanan teman-temanya, memperlakukan teman-temanya sebagai pesuruhnya dan berbagai sikap lain yang menjengkelkan yang kadang-kadang berakhir dengan perkelahian. Setelah diselidiki, ternyata kedua orangtuanya memperlakukan anak itu dengan sikap manja berlebihan.

Orangtua mendidik si anak dirumah dengan cara memenuhi segala keinginannya. Mereka kurang menyadari bahwa dampak negatif cara mendidik yang keliru di rumah, menyebabkan perilaku si anak di sekolah sangat menjengkelkan guru, maupun teman-temannya.

Ahli psikologis dan ahli pendidikan hampir sependapat, sikap dan cara orang tua mendidik anak di rumah, mempengaruhi perilakunya di sekolah. Anak yang ada di rumah memperoleh pendidikan yang tepat dan benar serta baik, umumnya akan memperlihatkan sikap dan perilaku yang normal di sekolahnya.

Ia dapat bergaul dengan baik temannya. Ia mungkin bukanlah murid yang menarik bagi temannya, tetapi setidak-tidaknya, kehadirannya di lingkungan sekolah tidak menjengkelkan.

Dari hasil penelitian ini sangat jelas, betapa rumah sesungguhnya menempati urutan sangat penting dalam hal mendidik anak. Apa pun yang terjadi di rumah, baik di sengaja maupun tidak, akan sedikit banyak mempengaruhi terhadap anak.

Pendidikan baik yang disengaja maupun yang tidak akan berimbas terhadap anak. Pengaruh tidak hanya dalam bentuk perkataan, juga perilaku dan sikap hidup.

Anak merupakan amanah dari Allah bagi para orangtua. Kewajiban orangtualah memberikan bekal yang terbaik buat mereka.

Sekolah hanyalah salah satu faktor penyebab perkembangan pada anak. Tetapi yang utama adalah tetap rumah, sebab rumah merupakan tempat berangkat dan kembali seorang anak. Dari tempat inilah anak akan menemukan hal-hal yang bersifat natural. Akhlak orangtua, cara bergaul orang tua, cara berkata dan apa anjuran yang disampaikan juga apa yang dilarangnya merupakan sesuatu yang sangat berharga dan akan berbekas pada diri seorang anak.*