Allah SWT menyatakan setiap orang beriman (kaum mukmin) akan mendapatkan ujian keimanan.

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan ‘kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar (imannya) dan orang-orang yang dusta (munafik)” (QS 29:2-3).

Setiap mukmin harus siap melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya (ajaran Islam). Mukmin sejati mempunyai sikap dasar sami’na wa atho’na (kami dengar dan kami patuh).

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul menghukumi di antara mereka, ialah ucapan ‘kami dengar dan kami patuh’. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS 24:51)

Ujian Allah SWT bagi setiap mukmin antara lain berupa kebaikan dan keburukan, kesenangan dan kesusahan (QS 21:35, 89:15-16).

Setiap mukmin sejati akan menghadapi kebaikan/kesenangan dengan syukur dan menyikapi keburukan/kesusahan dengan sabar dan tawakal.

Ujian bagi kaum mukmin juga berupa harta dan diri (QS 3:186) serta pangkat atau jabatan (QS 6:165).

Seorang mukmin sejati tidak akan lupa diri dan bersikap takabur ketika mendapatkan kesenangan, kebaikan, harta, dan pangkat. Karena ia menyadari bahwa itu semua adalah ujian Allah SWT.

Demikian pula ketika seorang mukmin menghadapi kesusahan, keburukan, atau musibah. Ia akan menyikapinya dengan sabar dan tawakal. Ia sadar bahwa semua itu merupakan ujian dari Allah SWT.

Setiap mukmin juga harus siap berjihad di jalan Allah SWT (QS 9:16), yaitu berjuang dengan mengerahkan segala daya, upaya, harta, dengan pengorbanan jiwa, raga, harta, ilmu, dan segala apa yang dimiliki demi tegaknya syiar Islam. Wallahu a’lam.*