Seorang Salafushalih yang tinggal sendirian di tengah padang pasir pernah ditanya, ”Apakah engkau tidak merasa terancam?” Ia menjawab, “Apakah ada orang yang merasa terancam dan khawatir (jika ia) bersama Allah?”.

Merasa bersama Allah adalah sumber ketenangan bagi seorang Muslim. Sebaliknya, merasa tidak bersama Allah, apalagi merasa dimurkai karena berbuat maksiat atau melanggar larangan-Nya, merupakan sumber ketidaktenangan atau kegelisahan hati. Maka, jika ingin hidup tenang, jangan berbuat dosa, dan selalulah mengingat Allah dalam setiap keadaan, suka dan duka.

Kecemasan akan menjauhi orang yang selalu berdzikir karena merasakan Allah Swt selalu dekat dengan-Nya.

”Ingatlah, dengan berdzikir kepada Allah hati akan tenang” (Q.S. 13:28).

Dzikrullah akan membawa ketenangan batin karena ingat kepada Allah berarti ingat akan kekuasaan-Nya. Masalah seberat dan sebesar apa pun, sangat kecil dalam pandangan Allah. Penyakit stes tidak mungkin menimpa orang yang suka dzikrullah.

Jika kita menghadapi masalah yang memusingkan kepala, ingatlah akan kekuasaan Allah. Dia pastilah memberikan apa yang terbaik bagi hamba-Nya.

Yakinlah selalu, bahwa apa yang kita hadapi atau kita terima, semuanya kehendak Allah dan terbaik bagi kita. Kadangkala apa yang kita pandang buruk, justru itulah yang terbaik bagi kita menurut kehendak Allah.

Rumah orang yang melakukan dzikrullah akan bercahaya bak bintang. Abu Hurairah r.a. menyampaikan sabda Rasulullah Saw, bahwa Allah akan menerangi rumah orang yang berdzikir hingga rumah itu akan terlihat oleh penduduk langit.

Sesungguhnya penghuni langit melihat rumah-rumah ahli dzikir yang diterangi oleh dzikir mereka. Sinar itu bercahaya seperti bintang bagi penduduk bumi.

Tepatlah jawaban Imam Hasan Al-Bashri saat ditanya seorang pemuda, ”Kenapa orang yang gemar melakukan shalat tahajjud wajahnya enak dipandang?”

Al-Bashri mengatakan, ”Bagaimana tidak, mereka telah berkhalwat (menyendiri) dengan yang Maha Pengasih kemudian Allah pasti memberikan cahaya-Nya pada orang tersebut”.  Wallahu a’lam.*