BERBUAT baik adalah sifat, ciri, atau karakter seorang Muslim. Secara umum, baik adalah sifat yang disukai semua manusia sehingga perbuatan baik akan mendatangkan kebaikan bagi semua.

Syaddâd bin Aws berkata, “Dua hal yang telah aku ingat-ingat berasal dari Rasulullah Saw. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mewajibkan agar berbuat ihsan (baik) terhadap segala sesuatu. Bila kamu membunuh, maka bunuhlah secara baik dan bila kamu menyembelih, maka sembelihlah secara baik dan hendaklah salah seorang diantara kamu menajamkan mata pisaunya, lantas menenangkan binatang sembelihannya.'” (HR.Muslim).

Islam sangat antusias untuk mengajak manusia agar melakukan semua jenis kebaikan dan melarang mereka untuk melakukan semua jenis kejahatan.

Allah Ta’ala telah mewajibkan agar berbuat Ihsân (kebaikan) dalam setiap hal dan menjadikannya sebagai suatu prinsip dari beberapa prinsip yang diserukan-Nya.

“Sesungguhnya Allah memerintahkan agar berlaku adil dan berbuat ihsan (kebaikan).” (QS. An-Nahl:90).

Tingkatan Ihsân yang paling tinggi adalah dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. Inilah tingkatan dien yang paling tinggi. Rasulullah Saw menafsirkannya: “Ihsan adalah bahwa engkau (beribadah) menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya; jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Bila seseorang menghimpun hati dan perasaannya ketika sedang melakukan ibadah dan merasakan bahwa Allah melihatnya, maka akan tercapailah tingkatan yang paling tinggi dalam agama tersebut.

Berbuat Ihsân bisa berlaku terhadap manusia, binatang, dan hal-hal lainnya. Tingkatan Ihsân paling tinggi terhadap manusia adalah Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orangtua) dan menjalankan hak-hak keduanya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, harta maupun hal lainnya.

“Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah kecuali kepada-Nya, dan agar berbuat baik (Ihsân) kepada kedua orangtua.” (QS. Al-Isrâ`:23).

Berbuat Ihsân kepada seluruh manusia, mulai dari terhadap orang-orang yang memiliki hubungan terdekat, yang memiliki ikatan rahim ataupun para tetangga. Yaitu dengan cara memberikan hak-hak mereka, mengunjungi, bertanya tentang kondisi mereka, memberikan hadiah, mengasihi anak-anak kecil mereka, bersedekah kepada para kaum faqir mereka, memberikan bantuan kepada orang-orang yang berhajat di kalangan mereka dan sebagainya, kemudian juga terhadap semua kaum Muslimin.

Berbuat Ihsân kepada orang-orang Kafir dengan cara mendakwahi mereka agar memeluk Islam, berinteraksi dengan cara yang paling baik serta berbudi pekerti dengan budi pekerti yang baik terhadap mereka. “Dan katakanlah kepada manusia dengan perkataan yang baik” (QS. Al-Baqarah:83).

Berbuat Ihsân kepada binatang dengan cara tidak menyakitinya, menghilangkan rasa lapar dan dahaganya serta hal yang semisal itu.

“Dan pada setiap hati, terdapat basahan (tetesan) pahala.” (HR.Bukhari).

“Seorang wanita masuk neraka hanya gara-gara seekor kucing betina yang tidak dia beri makan dan tidak pula dia lepas agar makan sendiri dari serangga-serangga bumi.” (HR.Bukhari) .

Berbuat Ihsân terhadap hal-hal lainnya seperti menekuni pekerjaan yang dilimpahkan untuk kepentingan orang banyak. Hal ini sebagaimana bunyi sebuah Atsar, “Sesungguhnya Allah mencintai apabila salah seorang diantara kamu melakukan suatu pekerjaan lantas menekuninya.” (Dikeluarkan oleh Abu Ya’la).

“Tidak ada balasan berbuat Ihsân (kebaikan) selain Ihsân itu sendiri?” (QS. Ar-Rahmân:60).

“Sesungguhnya rahmat Allah itu sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat Ihsân (kebaikan)” (QS. Al-A’râf:56).

Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim berbuat ihsân di dalam ibadah dan mu’malatnya dengan orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengannya ataupun hubungan jauh agar meraih mahabbah (kecintaan) Allah, rahmat dan keridlaan-Nya.*